Nah malam ini mau posting cerpen nih tapi ni cerpen buatan temen ku Namanya Herlini / Lini, kalo aku baca sih dia lagi curhat kayaknya nih hehe, tapi gapapalah ceritanya agak galau sih tapi dinikmatin aja ya :),...
oo iya ni fotonya si lini :)
cekibrot deh menuju yang katanya cerpennya si lini, hehe :)
Bukan untuk Ku
Dengan penuh ketulusan dia datang padaku, tepat disaat aku terluka dan aku melihat dia begitu tulus padaku. Dia bukanlah sosok seperti yang ku dambakan, tapi caranya memperlakukan ku begitu sempurna hingga dalam waktu cepat ku jatuh cinta padanya.
Bersamanya seperti hidup didalam mimpiku, bahagia yang selalu ku rasakan tak pernah ku rasakan sebahagia ini sebelumnya. Dia yang selalu ada dari matahari terbit hingga terbenam dan tinggal kegelapan sampaiku tertidur. Cara dia memperlakukanku membuatku begitu menyayanginya, dan tak ingin berpisah dengannya. Aku selalu menceritakannya pada teman-teman ku, yang menggambarkan begitu bangga dan bahagianya aku bersamanya.
Aku percaya kamu..
Kau kan buatku bahagia..
Karena cinta tercipta datangnya dari dalam hatiku..
Kau jadikan aku ini..
Wanita yang kau pilih untuk jadi kekasihmu..
Dan kaupun telahku minta..
Setia sepertiku hingga waktunya tiba.
Waktu terus berjalan tak terasa kini sudah setahun aku bersamanya, tapi bersamanya kini tak semanis dulu semua dari dirinya mulai berubah entah apa yang membuatnya berubah aku tak mengerti. Meski kini dia berubah tapi aku tak pernah sedikitpun berubah, aku tetap mencintai dan menyayanginya dengan penuh ketulusan. Sedikit khawatir dan takut kehilangan sosoknya semakin hari semakin asing bagiku, aku semakin tak mengenalinya. Tak ada lagi sms sapaan disetiap pagiku membuka mata, tak ada lagi telepon darinya setiap malam sebelum ku tertidur. Semakin hari semakin jarang berkomunikasi dengannya. Aku tak tau ada apa sebenarnya dengan dirinya, apa aku telah melakukan kesalahan? "Tanya ku dalam hati, yang tak jua kunjung terjawab". Kini hampa rasanya, sekalipun aku sedang berkumpul dengan teman-temanku.
Ada apa ini sebenarnya? Apakah dia sudah tak mencintaiku? Setiap kali pertanyaan itu muncul dalam pikiranku. Akhirnya ku beranikan menanyakan langsung padanya,
Kamu kenapa berubah sekarang? Dulu kamu tak seperti ini?
Dia menjawab dengan singkat aku tidak apa-apa, aku mau kerjain tugas dulu yaa, nanti lagi ngobrolnya.
Jawaban darinya tak melegakanku. Hari demi hari aku mulai kehilangan sosoknya yang dulu selalu ada buatku. Hanya bisa termenung sendiri menikmati hari demi hari yang kian terasa sepi, tapi aku harus tersenyum dan semangat karena aku hidup bukan hanya untuk dia meski ku sangat menyayanginya.
Pikirku mencintai seseorang tak harus dengan memilikinya, cukup dengan selalu ada untuknya disaat dia membutuhkan kita, cukup dengan menjaga perasaan dan kepercayaannya disaat dia masih bersama kita, jika dia pergi artinya dia sudah tak ingin bersama kita lagi, maka disaat itu lah kita harus lepaskannya dengan senyuman bukan dengan tangisan, karena percayalah ketulusan kita sempat membuatnya bahagia.
Malam ini terasa sangat dingin, hingga tubuhku menggigil, ku kenakan sweter dan selimut tebal untuk menghangatkan tubuhku. Ke esokan harinya pukul 18:30 tubuhku masih merasakan kurang nyaman tapi aku paksakan untuk pergi ke acara ulang tahun sahabatku dengan membawa kado berpita ping yang sudah ku siapkan dari dua hari yang lalu.
Sesampainya disana aku langsung bergabung dengan teman-teman sekelasku, pestanya terasa sangat meriah, ramai, dan seru dengan berbagai permain yang diikuti semua undangan dengan hukum yang berbagai macam pula, tiba-tiba ada teman sebangku ku yang baru datang naila namanya dia terlihat sangat cantik tapi sosok dibelakangnya mengejutkanku "dia pacarku"...
Waktu terasa terhenti saat aku meliat dia datang bersama naila yang tidak lain adalah teman sebangku ku.
"Jadi ini kah alasan sebenarnya mengapa kamu berubah padaku, aku tak marah pada mu ataupun pada naila, aku hanya tak menyangka dan sedikit kecewa. Jika memang pada naila kamu bisa bahagia, aku tak apa"
Butiran air mata terasa tak mampu ku bendung, langsung ku tundukkan wajahku dan cepat-cepat ku hapus air mata yang sempat terjatuh dipipiku. Aku tak mampu bertahan ditempat ini lebih lama, sudah ku coba tersenyum tapi senyumku terasa berat. Dan akhirnya aku ingin pergi dari tempat itu, segara ku bisikan asalanku pada siren yang sedang berulang tahun rin maaf aku harus pulang sekarang aku tidak dibolehkan pulang lewat dari jam 9 malam.
Aku pun keluar dari keramaian pesta itu, segera ku naiki mio merahku dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalan pulang butiran air mata kembali jatuh dan membasahi pipiku, kali ini tak henti-hentinya air mataku mengalir hingga mengaburkan pandanganku. Aku tak melihat jelas apa yang ada didepanku, hingga hapus air mataku dengan tangan kiriku, seletah penglihatanku mulai jelas didepanku dengan jarak kira-kira 3 meter sudah telihat trak aku pun tak mampu berbuat apa-apa selain mencekram rem dengan kuat.
Aku tak merasakan sakit, tapi aku tak bisa bangkit aku hanya bisa tegeletak lemas beralaskan aspal, dan sempat kulihat gerumbulan orang yang menghapirku dibalik gerumbulan orang itu datang sosok orang yang sangat ku sayangi bersama naila, dia melulukku dengan kuat tapi aku tak mampu membalas pelukannya, ku hanya bisa bisikan padanya "semogaa kamu bahagia"
tubuhku terasa semakin lemas, hingga mataku tertutup dengan sendirinya.
Aku tak merasakan sakit, tapi aku tak bisa bangkit aku hanya bisa tegeletak lemas beralaskan aspal, dan sempat kulihat gerumbulan orang yang menghapirku dibalik gerumbulan orang itu datang sosok orang yang sangat ku sayangi bersama naila, dia melulukku dengan kuat tapi aku tak mampu membalas pelukannya, ku hanya bisa bisikan padanya "semogaa kamu bahagia" tubuhku terasa semakin lemas, hingga mataku tertutup dengan sendirinya.
Aku mulai membuka kedua mataku, aku rasa aku sudah tertidur terlalu lama entah dimana aku sekarang, jam berapa, dan hari apa hari ini aku tak tau. Aku masih terdiam dalam keheningan diruangan ini dan aku melihat sekelilingku, ibuku.. ia tertidur lelap disamping kananku sambil sedikit menggenggam jemariku. Sepertinya wanita yang ku sayangi ini kelelahan, hingga ia tak menyadari ia tertidur dalam posisi duduk sambil merebahkan kepalanya ditempat dimana ku terbaring. Ku gerakan tangan kiriku yang terasa agak nyeri lalu ku usap pelan kepala ibuku, tapi tak lama ibuku menyadari gerakan tanganku yang pelan itu dan ia sedikit terkejut lalu ia menoleh kearahku, ia langsung bangkit dan memelukku kuat “Sayang ibu sangat mengkhawatirkan mu”ibuku menangis terdengar isak tangisnya ditelingaku hingga terasa basah baju bagian pundakku. Aku pun ikut merasakan kesedihan ibuku saat itu tanpaku sadari matakupun meneteskan air mata yang sudah tak mampu ku bending “ibu.. jangan menangis.., maafkan Zahra (nama ku) buu telah membuat ibu khawatir” sambil ku balas pelukan kuat ibuku lalu ibuku melepaskan pelukannya dan mecium keningku.
”Sayang sekarang kamu makan dulu yaa naak, kamu sudah hampir dua hari tak bangun”
“Hmmm.. Iaa buu..” jawabku.
”Ibu.. apakah rafid yang membawaku ke sini?”tanyaku.
“Yaa, dia yang membawa mu kesini dan menghubungi ibu juga ayah, sudah sekarang kamu makan dulu” jawab ibu.
“Baik buu..” jawabku sambil tersenyum.
Beberapa hari kemudian aku telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan aku kembali menjalani rutinitasku seperti biasa, bedanya kali ini aku harus mengenakan tongkat karena tulang kering kaki kiri ku retak. Kembali kesekolah adalah hal terberat bagiku, bagaimana bisa aku berlaku biasa pada Naila teman sebangku ku itu, tapi bagaimana pun aku harus kembali sekolah sembentar lagi aku akan menghadapi UAS dan UN tak ada waktu untuk merasakan kegusaran hati, aku percaya Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya dan Rafid bukan yang terbaik untuk ku.
Aku siap kembali kesekolah, ku ayunkan tongkatku dengan semangat mungkin mereka yang melihatnya terlihat sedikit sedih dan kasihan padaku tapi ku balas wajah muram mereka dengan senyum gembira. “disetiap senyum itulah kekuatanku yang menguatkan ku dibalik kesedihan hatiku, semakin banyak ku tersenyum semakin tenang hatiku”. Aku sampai di kelasku, aku melihat Naila dari sudut pintu kelas dia sibuk memperbaiki jilbabnya “Ya Allah kuatkan aku” doaku dalam hati lirih. Aku mulai ayunkan tongkatku memasuki ruang kelas dan aku duduki bangku ku dengan hati-hati, Naila terlihat tertunduk sedih.
“Hai.. kenapa kamu menunduk seperti itu?” tanyaku pada Naila.
“Zahra.. aku minta maaf, karena aku kamu jadi seperti ini” jawab Naila.
“Aku tak apa-apa Naila, dan keadaanku seperti ini bukan karena kamu, tapi karena aku memang tidak hati-hati waktu itu merasa sangat ngantuk sehingga aku tak melihat ada truk. Aku tak apa-apa sembari ku tersenyum lebar padanya” jelasku
Naila memelukku dan aku pun membalas pelukakannya..
“Zahra.. aku sudah tak ada hubungan lagi dengan Rafid, maafkan aku telah merusak hubungan kalian”
“tak apa nai, mungkin Rafid memang bukan untuk ku. sudahlah sebentar lagi kita masukkan”
Mungkin awalnya terasa berat bagiku, tapi dengan berjalannya waktu aku mulai terbiasa menjalani semua ini. Saatnya pengumuman hasil ujian, aku tak menyangka aku bisa masuk 3 besar dengan nilai yang tentunya sudah sangat memuaskan untuk dan ibu juga ayah. Tiba-tiba sosok yang dulu sempat dekat denganku berjalan kearahku, kegelisahan muncul dalam hatiku tapi aku hanya bisa diam membisu melihatnya yang semakin dekat kearahku.
“Zahra.. aku mau minta maaf, atas semua kesalahanku waktu itu. maafkan aku yang dulu pernah mengabaikanmu, maafkan aku yang dulu telah menghianatimu, maafkan aku telah menyakitimu. Aku sangat menyesalinya, bisa kah kita memulainya lagi dari awal?”
“Aku sudah memaafkanmu sejak lama,aku tak apa-apa aku bisa mengertinya. Tapi maaf Rafid, aku rasa kita tak bisa lagi bersama seperti dulu”
Wajah Rafid terlihat sangat sedih, matanya memerah tapi tak ada air mata yang terbendung di matanya.
“Baiklah aku mengerti, ini kado untuk mu aku sudah menyiapkannya sejak lama. Semoga saja kamu menyukainya, aku pergi dulu”
Sebelum ku membuka pintu mobil untuk beranjak pulang, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya.
“Zahraa…… Zahraa….”
Aku pun menoleh kearah suara itu, dan ku melihat seseorang yang sepertinya aku mengenalinya. Dan benar ku mengenalinya dia adalah Rayhan teman sekelasku waku aku masih kelas 10 dan dia yang meraih nilai ujian terbaik.
“Ada apa Rayhan?” Aku bertanya dengan penasaran dan bingung.
“Hehee.. aku Cuma mau memberika surat ini untuk mu” jawab Rayhan dengan suara yang sedikit ngosngosan akibat dia berlari.
“Dari siapa emang surat ini” tanyaku.
“Hmmm… nanti kamu bakal tau dari siapa surat itu setelah kamu membacanya, yasudah aku harus kembali ke aula sekarang. Daaah, Assalamualaikum..”.
“Wa’alaikumsalam”
Sesampainya dirumah aku membuka kado dari Rafid, kado itu berisi album foto dan ku coba sekedar membuka isi album itu. Aku tak menyangka ternyata album itu sudah terisi penuh dengan foto-foto ku bersama Rafid dulu. “lirih dalam hati ini berkata, ini lah sisa dari kenangan masa lalu kita sembari tersenyum”.
Mataku berpindah pada surat yang diberikan oleh Rayhan tadi, begitu penasarannya rasa hatiku ingin cepat-cepat membuka dan membacanya karena rayhan bukanlah sosok yang biasa dimataku, dari awal mengenal dia aku sudah sangat mengagumi dia tapi aku hanya berani mengagumi dirinya dalam diam, karena begitu banyak yang menyukai dirinya yang tampan, pintar, sopan, baik, dan rajin shalat.
Tapi aku tak berpikir bahwa surat ini dari Rayan mungkin dari yang lain yang meminta Rayhan yang memberikannya padaku. Aku buka amplop surat itu dengan hati-hati agar tidak terobek,
Assalamualaikum.. Zahra..
Selama ini aku tak pernah berani mengungkapkan apa yang ku rasa.
Bagiku kamu adalah sosok wanita yang sempurna, telah lama aku mengagumi mu Zahra. Kamu begitu cantik, baik, pintar, dan juga rajin shalat karena yang aku tahu kamu selalu membawa kemana saja mukenamu jika berpergian.
Aku juga mengetahui masa lalu mu dengan Rafid, aku merasakan sedih, dan marah karena aku tau pasti kamu sangat terluka karenanya walaupun kamu tak pernah memperlihatkan ke sedihanmu pada siapun tapi aku bisa merasakannya.
Zahra aku menyukaimu…
“Rayhan Wardhana”
Wasalam..
Tak bisa ku ungkapkan bagaimana bahagianya perasaanku saat ini, seseorang yang ku kagumi itu ternyata diam-diam juga mengagumiku.. ^.^
***Dibalik kesedihan itu terdapat kebahagian***
Aku tak merasakan sakit, tapi aku tak bisa bangkit aku hanya bisa tegeletak lemas beralaskan aspal, dan sempat kulihat gerumbulan orang yang menghapirku dibalik gerumbulan orang itu datang sosok orang yang sangat ku sayangi bersama naila, dia melulukku dengan kuat tapi aku tak mampu membalas pelukannya, ku hanya bisa bisikan padanya "semogaa kamu bahagia" tubuhku terasa semakin lemas, hingga mataku tertutup dengan sendirinya.
Aku mulai membuka kedua mataku, aku rasa aku sudah tertidur terlalu lama entah dimana aku sekarang, jam berapa, dan hari apa hari ini aku tak tau. Aku masih terdiam dalam keheningan diruangan ini dan aku melihat sekelilingku, ibuku.. ia tertidur lelap disamping kananku sambil sedikit menggenggam jemariku. Sepertinya wanita yang ku sayangi ini kelelahan, hingga ia tak menyadari ia tertidur dalam posisi duduk sambil merebahkan kepalanya ditempat dimana ku terbaring. Ku gerakan tangan kiriku yang terasa agak nyeri lalu ku usap pelan kepala ibuku, tapi tak lama ibuku menyadari gerakan tanganku yang pelan itu dan ia sedikit terkejut lalu ia menoleh kearahku, ia langsung bangkit dan memelukku kuat “Sayang ibu sangat mengkhawatirkan mu”ibuku menangis terdengar isak tangisnya ditelingaku hingga terasa basah baju bagian pundakku. Aku pun ikut merasakan kesedihan ibuku saat itu tanpaku sadari matakupun meneteskan air mata yang sudah tak mampu ku bending “ibu.. jangan menangis.., maafkan Zahra (nama ku) buu telah membuat ibu khawatir” sambil ku balas pelukan kuat ibuku lalu ibuku melepaskan pelukannya dan mecium keningku.
”Sayang sekarang kamu makan dulu yaa naak, kamu sudah hampir dua hari tak bangun”
“Hmmm.. Iaa buu..” jawabku.
”Ibu.. apakah rafid yang membawaku ke sini?”tanyaku.
“Yaa, dia yang membawa mu kesini dan menghubungi ibu juga ayah, sudah sekarang kamu makan dulu” jawab ibu.
“Baik buu..” jawabku sambil tersenyum.
Beberapa hari kemudian aku telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan aku kembali menjalani rutinitasku seperti biasa, bedanya kali ini aku harus mengenakan tongkat karena tulang kering kaki kiri ku retak. Kembali kesekolah adalah hal terberat bagiku, bagaimana bisa aku berlaku biasa pada Naila teman sebangku ku itu, tapi bagaimana pun aku harus kembali sekolah sembentar lagi aku akan menghadapi UAS dan UN tak ada waktu untuk merasakan kegusaran hati, aku percaya Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya dan Rafid bukan yang terbaik untuk ku.
Aku siap kembali kesekolah, ku ayunkan tongkatku dengan semangat mungkin mereka yang melihatnya terlihat sedikit sedih dan kasihan padaku tapi ku balas wajah muram mereka dengan senyum gembira. “disetiap senyum itulah kekuatanku yang menguatkan ku dibalik kesedihan hatiku, semakin banyak ku tersenyum semakin tenang hatiku”. Aku sampai di kelasku, aku melihat Naila dari sudut pintu kelas dia sibuk memperbaiki jilbabnya “Ya Allah kuatkan aku” doaku dalam hati lirih. Aku mulai ayunkan tongkatku memasuki ruang kelas dan aku duduki bangku ku dengan hati-hati, Naila terlihat tertunduk sedih.
“Hai.. kenapa kamu menunduk seperti itu?” tanyaku pada Naila.
“Zahra.. aku minta maaf, karena aku kamu jadi seperti ini” jawab Naila.
“Aku tak apa-apa Naila, dan keadaanku seperti ini bukan karena kamu, tapi karena aku memang tidak hati-hati waktu itu merasa sangat ngantuk sehingga aku tak melihat ada truk. Aku tak apa-apa sembari ku tersenyum lebar padanya” jelasku
Naila memelukku dan aku pun membalas pelukakannya..
“Zahra.. aku sudah tak ada hubungan lagi dengan Rafid, maafkan aku telah merusak hubungan kalian”
“tak apa nai, mungkin Rafid memang bukan untuk ku. sudahlah sebentar lagi kita masukkan”
Mungkin awalnya terasa berat bagiku, tapi dengan berjalannya waktu aku mulai terbiasa menjalani semua ini. Saatnya pengumuman hasil ujian, aku tak menyangka aku bisa masuk 3 besar dengan nilai yang tentunya sudah sangat memuaskan untuk dan ibu juga ayah. Tiba-tiba sosok yang dulu sempat dekat denganku berjalan kearahku, kegelisahan muncul dalam hatiku tapi aku hanya bisa diam membisu melihatnya yang semakin dekat kearahku.
“Zahra.. aku mau minta maaf, atas semua kesalahanku waktu itu. maafkan aku yang dulu pernah mengabaikanmu, maafkan aku yang dulu telah menghianatimu, maafkan aku telah menyakitimu. Aku sangat menyesalinya, bisa kah kita memulainya lagi dari awal?”
“Aku sudah memaafkanmu sejak lama,aku tak apa-apa aku bisa mengertinya. Tapi maaf Rafid, aku rasa kita tak bisa lagi bersama seperti dulu”
Wajah Rafid terlihat sangat sedih, matanya memerah tapi tak ada air mata yang terbendung di matanya.
“Baiklah aku mengerti, ini kado untuk mu aku sudah menyiapkannya sejak lama. Semoga saja kamu menyukainya, aku pergi dulu”
Sebelum ku membuka pintu mobil untuk beranjak pulang, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya.
“Zahraa…… Zahraa….”
Aku pun menoleh kearah suara itu, dan ku melihat seseorang yang sepertinya aku mengenalinya. Dan benar ku mengenalinya dia adalah Rayhan teman sekelasku waku aku masih kelas 10 dan dia yang meraih nilai ujian terbaik.
“Ada apa Rayhan?” Aku bertanya dengan penasaran dan bingung.
“Hehee.. aku Cuma mau memberika surat ini untuk mu” jawab Rayhan dengan suara yang sedikit ngosngosan akibat dia berlari.
“Dari siapa emang surat ini” tanyaku.
“Hmmm… nanti kamu bakal tau dari siapa surat itu setelah kamu membacanya, yasudah aku harus kembali ke aula sekarang. Daaah, Assalamualaikum..”.
“Wa’alaikumsalam”
Sesampainya dirumah aku membuka kado dari Rafid, kado itu berisi album foto dan ku coba sekedar membuka isi album itu. Aku tak menyangka ternyata album itu sudah terisi penuh dengan foto-foto ku bersama Rafid dulu. “lirih dalam hati ini berkata, ini lah sisa dari kenangan masa lalu kita sembari tersenyum”.
Mataku berpindah pada surat yang diberikan oleh Rayhan tadi, begitu penasarannya rasa hatiku ingin cepat-cepat membuka dan membacanya karena rayhan bukanlah sosok yang biasa dimataku, dari awal mengenal dia aku sudah sangat mengagumi dia tapi aku hanya berani mengagumi dirinya dalam diam, karena begitu banyak yang menyukai dirinya yang tampan, pintar, sopan, baik, dan rajin shalat.
Tapi aku tak berpikir bahwa surat ini dari Rayan mungkin dari yang lain yang meminta Rayhan yang memberikannya padaku. Aku buka amplop surat itu dengan hati-hati agar tidak terobek,
Assalamualaikum.. Zahra..
Selama ini aku tak pernah berani mengungkapkan apa yang ku rasa.
Bagiku kamu adalah sosok wanita yang sempurna, telah lama aku mengagumi mu Zahra. Kamu begitu cantik, baik, pintar, dan juga rajin shalat karena yang aku tahu kamu selalu membawa kemana saja mukenamu jika berpergian.
Aku juga mengetahui masa lalu mu dengan Rafid, aku merasakan sedih, dan marah karena aku tau pasti kamu sangat terluka karenanya walaupun kamu tak pernah memperlihatkan ke sedihanmu pada siapun tapi aku bisa merasakannya.
Zahra aku menyukaimu…
“Rayhan Wardhana”
Wasalam..
Tak bisa ku ungkapkan bagaimana bahagianya perasaanku saat ini, seseorang yang ku kagumi itu ternyata diam-diam juga mengagumiku.. ^.^
***Dibalik kesedihan itu terdapat kebahagian***
No comments:
Post a Comment